BlackBerry: Messaging Pakai PIN Jauh Lebih Aman

Jakarta - Keputusan BlackBerry untuk membuka akses BlackBerry Messenger (BBM) lintas platform mungkin agak sedikit terlambat jika mengingat kompetitornya sudah berhasil meraih lebih banyak jumlah pengguna. Seperti diketahui, saat BlackBerry akhirnya hadir di iOS dan Android, kompetitor seperti Whatsapp, KakaoTalk, Line, dan sejenisnya sudah punya ratusan juta pelanggan. Bahkan terakhir Whatsapp sudah menembus 500 juta alias setengah miliar. Namun hal itu tak membuat BlackBerry khawatir. Perusahaan teknologi asal Kanada itu merasa yakin ada value added atau nilai tambah yang tak dimiliki kompetitornya, yakni keamanan dan privasi. "Mana yang lebih penting, privasi atau sekuriti? Bagi kami, kedua-duanya itu penting," kata Nader Henein, Regional Director BlackBerry Product Security saat ditemui detikINET di kantor BlackBerry Indonesia, Pacific Place, Jakarta, Jumat (29/8/2014). "Itu sebabnya kenapa BBM menggunakan PIN, karena PIN itu bagian dari privasi dan sekuriti. Makanya sampai sekarang, meskipun sudah multiplatform, kami masih pakai PIN," paparnya lebih lanjut. Seperti kita ketahui, PIN BBM yang dimaksud Nader merupakan kombinasi unik dari huruf dan angka yang jumlahnya mencapai 8 digit. Jumlah ini sendiri jauh lebih banyak dibandikan kombinasi 6 digit PIN ATM yang jadi standardisasi perbankan untuk faktor keamanan. "Saking concern-nya BlackBerry dengan masalah privasi dan sekuriti, tanpa pelanggan sadari kami sudah protect dan provide sekuriti. Sementara kalau dari sisi enterprise, di ponsel itu tak hanya ada data pribadi pengguna, tapi juga data perusahaannya yang ikut dibawa-bawa. Itu sebabnya kami sangat concern dengan masalah privasi dan sekuriti," paparnya lebih lanjut. Dalam kesempatan ini, BlackBerry menegaskan tak ingin membanding-bandingkan dengan kompetitornya seperti Whatsapp yang hanya mengandalkan nomor ponsel sebagai ID penggunanya. Selain telah hadir di iOS dan Android, BBM kini juga telah hadir di platform Windows Phone. Diperkirakan, kombinasi pengguna BBM multiplatform ditambah pengguna BBM dari BlackBerry OS dan BlackBerry 10, total telah mencapai sekitar 100 juta pelanggan.

Jokowi, Berani Revolusi Industri Telekomunikasi?

Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan wakilnya Jusuf Kalla diminta agar berani melakukan revolusi tata kelola industri telekomunikasi di Indonesia agar tercipta ekosistem digital yang sehat dan memberikan kesejahteraan masyarakat. "Pertama, kami dari IndoTelko Forum mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak Jokowi dan Jusuf Kalla. Kami sebagai komunitas yang peduli dengan kemajuan industri telekomunikasi meminta Bapak Jokowi untuk memberikan perhatian lebih ke sektor telekomunikasi," tulis founder IndoTelko Forum Doni Darwin dalam rilis yang diterima detikINET, Jumat (25/7/2014). Pasalnya, sektor telekomunikasi terbukti memberikan dampak positif baik langsung atau tidak langsung bagi pertumbuhan ekonomi negara. Perlu diketahui, investasi di sektor telekomunikasi berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Pada 2012 dengan perekonomian Indonesia tumbuh 6,23%, telekomunikasi memberikan kontribusi sebesar 10%. Tak hanya itu, berkat diplomasi digital yang dilakukan Jokowi, pasangan ini berhasil meraih simpati dari kalangan pemilih pemula. Data yang dilansir Twitter dimana ada hampir 95 juta tweet yang bersiliweran tentang Pilpres dari awal tahun ini sampai hari pemilu sudah cukup menjadi salah satu bukti. Apalagi, sekitar 30% dari total pemilih, atau lebih dari 52 juta orang, merupakan pemilih pemula pada kelompok usia 18-23 tahun. Profil dari pemilih ini sangat akrab dengan social media. "Saya rasa Jokowi memiliki utang budi dengan para netizen. Salah satu cara membalas budi itu adalah dengan mengubah tata kelola industri telekomunikasi dimulai dengan mengubah konsep regulator di sektor ini agar benar-benar terwujud broadband economy," usulnya. Mengutip hasil survei dari Ooredoo belum lama ini dinyatakan pekerjaan rumah terbesar yang harus dibereskan untuk ekonomi berbasis broadband adalah masalah infrastruktur dasar untuk menggelar koneksi internet super cepat yang harus segera dibangun dan meningkatkan adopsi teknologi untuk kesejahteraan masyarakat